Ancaman Tsunami Jawa dan Hutan Mangrove Pantai Jogja Sesi 2

Berikut sambungan artikel Wisata Hutan Mangrove Jogja dan Tsunami Pantai Jawa Sesi 1
Hutan mangrove jogja

Efek Boomerang Hutan Mangrove

Hutan mangrove Jogja dianggap efektif meredam laju Tsunami. Namun hutan mangrove yang tak memenuhi standar mitigasi tsunami terbukti tak dapat menahan besarnya energi dan ketinggian tsunami, akibatnya mangrove akan tercerabut dan ikut terbawa arus.

Tanaman mangrove dapat memperparah terjangan Tsunami karena tidak akan mampu menahan gelombang skala besar. Jika ketinggian mangrove yang baru hanya mencapai 2-5m maka tidak signifikan untuk membendung arus tsunami setinggi 10-15m.

Penelitian yang dilakukan Tim 9 menyebutkan, daerah pantai selatan Jawa rentan dilanda gempa dengan kekuatan hingga M 8,2. Dari pemodelan yang dilakukan Widjo, dengan kekuatan gempa itu tsunami yang dibangkitkan bisa setinggi 6-9 meter di pantai dan menjalar ke daratan hingga sejauh 2 kilometer.

Sedangkan penelitian dari Hanifa (2014), di selatan Jawa khususnya Jawa bagian barat, menyimpan energi kegempaan M 8,3- 8,7. Dengan skenario menggunakan M 8,5 wilayah selatan Jawa bisa berpotensi terkena tsunami 10-15 meter dan penetrasi air ke daratan sejauh 3 km-5 km dari pantai.

Material hutan mangrove yang tak kuat akan tercerabut menjelma jadi mesin perusak dan pembunuh bersama gelombang tsunami yang bertambah massanya, menghancurkan segala sesuatu yang ada dihadapannya baik pemukiman maupun infrastruktur.

Fragmentasi hutan mangrove termasuk penyebab aliran tsunami teralirkan kepada celah-celah mengikuti fragmentasi hutan sehingga arusnya justru akan semakin kuat. Mangrove juga dapat menjadi semacam 'dam’ yang membendung arus balik. Air yang menerjang daratan kemudian akan mengalir kembali ke lautan. Tetapi karena ada hutan mangrove, maka akses menjadi terhambat. Hal itu mengakibatkan areal pemukiman yang dilanda tsunami semakin lama terendam.

Syarat Benteng Hutan Mangrove

Hutan mangrove Jogja jika kondisinya rusak atau tidak terawat dan masih muda dapat menjadi penyebab efek boomerang, misalnya dengan ketinggian yang rendah, tingkat kerimbunan yang jarang atau jarak antar pepohonan berjauhan. Oleh karena itu hutan Mangrove hanya bisa menjadi penghambat energi tsunami dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Dalam beberapa uji coba yang dilakukan oleh EqTAP menunjukan bahwa melalui analis permodelan Mangrove dengan luas 100m dan didalamnya terdapat 30 batang pohon akan dapat mengurangi kecepatan aliran tsunami sebesar 90% (Mangroves Natural Defences Againts Tsunamy, Env ironmental Justice Fondation)

Apabila terjadi tsunami yang relatif kecil, dengan ketinggian <3m, maka hutan mangrove dapat menahan hantaman tsunami sehingga tidak mencapai areal pemukiman. Selain aspek tsunaminya yang kecil, juga ketinggian dan kerapatan mangrove perlu diperhitungkan.

Simulasi di lapangan oleh Yanagisawa et al. (2010) menunjukan bahwa 80% hutan mangrove berumur 30 tahun mampu bertahan dari tsunami dengan ketinggian 5 m dan menyerap energi tsunami sebesar 50%.

Mazda et al. (2007a) menemukan bahwa laju pengurangan ketinggian gelombang laut sebesar 20% setiap melewati 100 m hutan mangrove yang didominasi Kandelia candel berumur 6 tahun, namun tidak berpengaruh signifikan pada hutan mangrove muda jenis Sonneratia alba berumur 2 tahun.

Para peneliti memperkirakan bahwa petak 500 meter hutan bakau berumur 10 tahun (hutan di mana setiap 10 meter persegi tanah berisi sekitar 16 pohon dan batang pohon rata-rata berdiameter sekitar 7cm) dapat mengurangi induksi kedalaman kekuatan hantaman air tsunami 3 meter sebesar 70 persen. Namun untuk tsunami 4 meter, bagaimanapun dengan kondisi hutan yang sama sebagian besar akan hancur.

Tim menyarankan bahwa semakin tua pohon akan semakin lebih baik menahan pukulan gelombang. Lebih dari 80 persen pohon-pohon di hutan bakau seluas 500 meter yang berusia 30 tahun bisa menahan tsunami 5 meter dan menyerap setengah dari gaya hidrodinamik.

Gempa bumi dan tsunami Aceh di akhir tahun 2004 memberi pelajaran penting. Salah satunya adalah hutan mangrove yang sehat mampu menjadi benteng peredam tsunami, sehingga mampu mengurangi dampak kerusakan tsunami.

Fakta-fakta di lapangan seperti banyak dilaporkan oleh banyak peneliti sesaat setelah tsunami melanda bahwa perkampungan yang berada di belakang hutan mangrove yang lebat selamat dari terjangan tsunami. Sebaliknya, kerusakan berat serta korban nyawa banyak terjadi pada perkampungan yang berhadapan langsung dengan laut atau hutan mangrovenya telah rusak atau hilang.

Pulau Simeulue yang terletak paling dekat dengan pusat gempa bumi dan tsunami, namun tingkat kerusakan dan jumlah korban nyawa yang ditimbulkan sangat sedikit dibandingkan daerah pesisir lainnya, seperti Banda Aceh dan Aceh Besar karena pulau Simeulue memiliki hutan mangrove yang masih terjaga baik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Teluk Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur. Pratikto, melalui studinya (Pratikto, 2002) mengatakan, ekosistem mangrove yang baik dan terawat juga dapat menjadi pelindung secara alami dari bahaya tsunami. Dengan adanya ekosistem mangrove, telah terjadi reduksi tinggi gelombang sebesar 0,7340, dan perubahan energi gelombang sebesar (E) = 19635,26 joule.

Lalu Apa yang Harus Kita Lakukan ?!

Selain terus menjaga dan merawat hutan mangrove Jogja, penelitian terbaru ternyata mengungkap sepetak pohon dapat mengurangi kerusakan tsunami. Artinya, selain hutan mangrove sebaiknya jalur hijau dibuat di wilayah pesisir pantai Jogja yang berhadapan langsung dengan lempeng tektonik.

Jalur hijau cukup menguntungkan karena dapat menghentikan laju benda-benda terapung (perahu, kayu, atau runtuhan bangunan) yang terbawa oleh gelombang tsunami ke darat, sekaligus dapat menyelamatkan orang hanyut. Jalur hijau dapat dibuat dengan penanaman pohon di sepanjang pantai,  seperti : pohon kelapa, ketapang, waru, pandan, atau nenas pantai.

Follow Jogja Uncover

Georitmus | MTGS

Seperti halnya di akun sosmed, di Blog ini kamu juga akan menemukan istilah Georitmus dan MTGS pada bagian menu.
  • Georitmus

    Grafik potensi.

  • Tanggal MTGS

    Kurun waktu potensi.

  • Mitigasi

    Persiapan dini.

  • Kesadaran

    Terciptanya masyarakat sadar bencana.

    SoraTemplates | Free Blogger Templates | Blogger